
Dubai adalah kota terpadat di negara Uni Emirat Arab dan merupakan ibukota Emirat Dubai. Seperti yang kita ketahui bahwa Dubai adalah negara yang sangat maju akan kekayaan negaranya. Dubai merupakan salah satu kota metropolitan paling maju di dunia yang menjadi simbol kemakmuran dan kemajuan pesat di kawasan Timur Tengah. Terletak di Uni Emirat Arab, Dubai dikenal luas berkat kekayaannya yang melimpah, transformasi infrastrukturnya yang visioner, serta kemampuannya mengelola sumber daya alam untuk mendorong pembangunan berkelanjutan. Bagi para konglomerat, Dubai merupakan tempat yang ideal untuk mengembangkan aset dan mengelola portofolio investasi lintas sektor. Kemewahan dan kekayaan yang dimiliki para konglomerat di Dubai tercermin dalam berbagai aspek kehidupan kota. Properti hunian yang bernilai fantastis, yacht mewah yang berlabuh di Marina, dan kendaraan supercar yang fancy lalu lalang di jalanan menjadi pemandangan yang biasa.
Namun siapa sangka, dibalik bergelimang harta dan kekayan, Dubai memiliki sisi gelap dalam sebuah praktik seksual yang sangat menjijikan dengan istilah “Porta Potty Dubai”. Fenomena itu sudah ada sejak 2022 lalu, Yaitu pesta privat yang diadakan oleh para konglomerat yang ada di Dubai. Mereka juga mengundang sejumlah beberapa perempuan muda, tak jarang model sampai influencer cantik hadir pada pesta tersebut. Mereka dijanjikan akan diberikan hadiah yang mahal harganya, seperti perhiasan, tas branded, penginapan di hotel bintang lima bahkan sejumlah uang.
Dikutip dari Laman The Economics Times.com, seorang influencer perancis yang bernama jade bercerita tentang pengalamannya bahwa ia menerima hadiah yang tak teduga seperti bunga serta cokelat dari seorang pria yang ia temui pada pusat kebugaran di Dubai. Tak hanya itu, ia menerima telepon dari Van Cleef & Arpels (Perusahaan perhiasan mewah yang ada di Paris) yang mengundangnya untuk mengambil kalung dan gelang yang diperkirakan seharga $3.000. Karena penasaran, Jade memenuhi undangan tersebut “Asisten toko tersebut mengeluarkan kalung dan gelang yang sangat serasi” ucapnya pada video tiktok yang diunggah olehnya. Namun para pengikutanya sangat mengkhawatirkan hal tersebut dan menyarankan Jade untuk berhati-hati. Menurut pengikutnya bisa saja orang tersebut adalah salah satu pengaturan pada kegiatan porta potty di Dubai.
Maria Kovalchuk, Salah satu kasus yang menjadi bukti adanya pesta ‘Porta Potty’
Seorang model perempuan berusia 20 tahun asal Ukraina menjadi salah satu bukti bahwa adanya pesta tersebut. Maria berkata kepada ibunya akan menghadiri sebuah pesta, sehingga ia diundang oleh dua orang laki-laki yang mengaku sebagai agen model tetapi Maria tidak pernah terbang ke Thailand, melainkan menghadiri pesta tersebut dan hilang tanpa kabar. Selang sepuluh hari, Maria ditemukan dengan kondisi yang sangat memilukan pada pinggir jalan di Dubai, seperti tulang belakang patah sampai hampir mendekati hancur. Namun, pihak Dubai mengklaim bahwa Maria jatuh dari lantai atas pada suatu bangunan konstruksi yang dibatasi. Namun, pihak keluarga menduga bahwa maria merupakan korban dari pesta tersebut, sehingga mengalami eksploitasi sampai kekerasan seksual. Ibu Maria berkata kepada Media Ukraina bahwa, “Dia tidak memiliki dokumen penting, tidak ada handphone. tidak ada satupun. Dia hanya berkata bahwa ia hendak menghadiri sebuah undangan, Namun pihak promotor tidak pernah melihatnya”.
Simbol Kemewahan yang Menyimpan Luka Sosial
Kisahtragis yang dialami oleh Maria Kovalchuk bukan hanya menjadi potret suram dari satu kasus, tetapi mencerminkan sisi gelap yang tersembunyi di balik kemilau gedung pencakar langit dan gemerlapnya malam Dubai. Fenomena “Porta Potty Dubai” ini menyuarakan bagaimana kekuasaan, kekayaan, dan hasrat seksual dapat membentuk praktik eksploitatif yang menimpa perempuan dari berbagai belahan dunia.
Dubai, yang dikenal sebagai pusat transit internasional dan surganya investasi properti, perlahan menunjukkan wajah ganda: satu sisi memperlihatkan kemajuan ekonomi dan arsitektur futuristik, sementara sisi lainnya terperangkap dalam lingkaran perbudakan modern, perdagangan manusia, dan pelecehan seksual terselubung yang sulit disentuh oleh hukum internasional.
Eksploitasi dalam Balutan Glamour Industri ‘Influencer’ dan Perangkap Finansial
Tidak dapat dipungkiri bahwa para pelaku industri hiburan dan sosial media menjadi target empuk dari praktik ini. Para wanita muda, terutama influencer, model, dan selebgram yang berasal dari negara-negara miskin dan sedang berkembang, kerap kali dibujuk dengan janji iming-iming hadiah mewah, kontrak modeling, hingga visa kunjungan eksklusif.
Apa yang tampak sebagai “luxury trip” di Instagram sejatinya bisa menjadi jebakan mematikan. Beberapa korban mengaku bahwa pada awalnya mereka tidak mengetahui bahwa undangan yang diterima adalah bagian dari jaringan prostitusi terselubung yang mengakomodasi pesta-pesta amoral para miliarder asing.
Data dari berbagai laporan investigasi independen menunjukkan bahwa praktik ini melibatkan perantara, termasuk ‘model agency palsu’ atau ‘scout’ yang bertugas menjaring perempuan muda dengan tampilan fisik menarik. Mereka tidak hanya dikirim ke Dubai, tetapi juga ke negara-negara kaya lainnya seperti Qatar, Bahrain, dan Arab Saudi untuk ‘melayani’ acara tertutup.
Paradoks antara Citra Islam dan Realita
Kontradiksi ini memunculkan kritik keras, bahkan dari dalam komunitas Muslim sendiri. Sebagian cendekiawan Muslim internasional menyayangkan bagaimana simbol Islam hanya digunakan sebagai alat branding negara, bukan sebagai pijakan nilai dalam pengambilan keputusan publik. Jika syariat Islam benar-benar dijadikan dasar, maka keadilan untuk korban seperti Maria seharusnya menjadi prioritas. Dalam Islam, tidak ada kompromi terhadap kezaliman—terutama jika itu melibatkan penindasan terhadap perempuan.
Lebih jauh, paradoks ini juga merusak persepsi global terhadap Islam sebagai agama yang melindungi martabat manusia. Banyak pihak luar melihat kasus seperti Porta Potty bukan hanya sebagai skandal kriminal, tapi juga kegagalan negara Islam modern untuk menjalankan nilai-nilai inti Islam secara holistik—yakni rahmah (kasih sayang), keadilan (`adl), dan amanah (tanggung jawab moral).
Dampak Psikologis dan Sosial terhadap Korban
Korban yang selamat dari praktik ini bukan hanya membawa luka fisik, tetapi juga trauma psikologis yang mendalam. Sebagian besar merasa malu, takut, dan tidak mendapat dukungan untuk berbicara. Mereka kerap mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD), depresi, serta kehilangan kepercayaan diri dan arah hidup. Banyak dari mereka yang akhirnya memilih untuk tidak kembali ke dunia modeling atau bahkan media sosial. Beberapa LSM internasional berupaya mendampingi korban dan memberikan advokasi hukum. tetapi keterbatasan akses terhadap sistem hukum di Dubai, ditambah dengan minimnya kerja sama antarnegara dalam mengusut jaringan internasional ini, menjadikan perjuangan mereka terhambat.
Membongkar Tabir dan Mendorong Kesadaran Global
Di era digital saat ini, kesadaran publik menjadi senjata penting untuk membongkar kejahatan yang terselubung dalam bayang-bayang kekuasaan dan kekayaan. Netizen, media independen, serta influencer yang memiliki pengaruh besar di media sosial, memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan kebenaran dan membantu para korban mendapatkan keadilan. Platform media sosial tidak lagi bisa diam. Banyak konten yang justru menggambarkan Dubai sebagai “surga dunia”, padahal di baliknya terdapat puluhan hingga ratusan perempuan yang terjebak dalam praktik tidak manusiawi. Transparansi, edukasi digital, serta kampanye perlindungan perempuan lintas negara harus diperkuat untuk meminimalisir praktik ini berkembang lebih luas.
Kemajuan Dubai memang patut dikagumi, tetapi kekaguman itu jangan sampai membutakan kita dari kenyataan kelam yang tersembunyi. Fenomena “Porta Potty Dubai” mengingatkan kita bahwa di balik kecanggihan dan kemewahan, masih ada praktik-praktik eksploitatif yang harus dilawan. Sebagai warga dunia yang beradab, penting bagi kita untuk tidak hanya menilai sesuatu dari permukaannya, tetapi turut menyuarakan kebenaran, menyokong korban, serta menekan sistem agar menjunjung nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya