
Jakarta – Penjualan rumah kecil justru menunjukkan tren kenaikan di tengah melemahnya daya beli masyarakat. Pada kuartal I 2025, penjualan rumah kecil tumbuh pesat hingga 21,75 persen.
Direktur Eksekutif CORE (Center of Reform on Economics) Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan rumah kecil memiliki peluang bisnis yang masih terbuka.
“Rumah kecil naik tajam 21,75 persen. Nah ini artinya dalam kondisi seperti sekarang, ternyata rumah-rumah kecil itu masih ada ruang space untuk naik bisnisnya,” ungkap Faisal dalam acara CORE Midyear Review 2025 bertema Terhimpit Perlambatan Domestik, Terguncang Risiko Global, Kamis (24/7).
Faisal menilai lonjakan ini sebagai indikasi bahwa segmen rumah kecil masih memiliki ruang pertumbuhan. Namun, menurut Faisal, pertumbuhan ini di sisi lain juga menggambarkan adanya tekanan terhadap jumlah pendapatan masyarakat yang dibelanjakan.
Menurutnya, tekanan terhadap daya beli rumah tetap terjadi. Meskipun pemerintah telah memberikan Insentif bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah dengan harga sampai dengan Rp 2 miliar.
Dalam rentang harga tersebut, seharusnya masyarakat dapat membeli rumah tipe kecil hingga menengah. Namun kenaikan hanya terjadi pada rumah kecil.
“Artinya orang yang menengah yang sebelumnya itu, sebetulnya mampu untuk beli rumah sampai anggaran di atas Rp 1 miliar, dia beli yang kecil juga,” ungkapnya.
Fenomena ini mendorong para pengembang untuk menyesuaikan produk mereka dengan kondisi pasar. Saat ini, banyak pengembang yang menjual rumah dengan lebar hanya 3 meter, tetapi tetap dirancang agar terlihat nyaman bagi penghuninya.
“Jadi tidak heran kalau kita lihat banyak pengembang sekarang yang menjual rumah-rumah kecil dengan lebar itu 3 meter, tapi kemudian di-create bagaimana supaya kelihatan nyaman gitu ya. Tapi artinya itu processing power itu segitu gitu ya. Dan itu wajar backlog perumahan itu tinggi, ujarnya.